PRESFEKTIV GLOBAL
Dalam
pandangan geograf, paling tidak ada empat fenomena global yang melanda dunia
dewasa ini yaitu fenomena yang berkaitan dengan perbatasan antar Negara,
ketimpangan ekonomi Negara Negara di dunia, globalisasi dan kecenderungan
penyebaran penyakit secara global (Haggett, 2001). Hasil kajian pada beberapa
kasus di Indonesia, ke empat fenomena tersebut telah dan sedang terjadi di
Indonesia, dan akan cenderung semakin intensif di masa datang (Harmantyo,
2006). Hal menarik dari hasil studi tersebut dapat memperkaya wawasan geograf
Indonesia dalam melihat berbagai fenomena yang sedang berlangsung baik dalam
tataran nasional, regional maupun internasional. Berbagai fenomena geografis
tersebut memberikan indikasi adanya kecenderungan kehidupan manusia sedang menuju
kepada satu tatanan global berlandaskan berbagai keragaman yang ada.
Kemajuan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang teknologi mampu mengubah tatanan kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi transportasi membuat jarak tempuh semakin
dekat. Pada awal kemerdekaan Indonesia, waktu yang dibutuhkan untuk menempuh
jarak dari Sabang hingga Merauke masih dalam satuan mingguan atau bahkan
bulanan, saat ini hanya dibutuhkan waktu beberapa jam. Kita dapat mengelilingi
bumi sepanjang 41.000 km hanya dalam waktu kurang dari dua hari. Perkembangan
teknologi transportasi telah mampu menekan biaya distribusi barang import
maupun eksport sehingga tingkat harga konsumen semakin rendah yang pada
gilirannya mampu meningkatkan jumlah penjualannya serta meningkatkan jumlah keuntungan
perusahaan.
Seiring
dengan perkembangan teknologi transportasi, teknologi telekomunikasi dan
komputasi juga berkembang secara lebih pesat. Perkembangan teknologi informasi
ini mampu menekan kebutuhan penggunaan sarana transportasi karena dalam beberapa
hal dapat dilakuikan melalui komunikasi teleconference via internet. Saat ini
suatu keputusan penting dapat diambil secara “real-time” dengan dukungan sistem
pengambilan keputusan berbasis jaringan komputer. Sistem on-line mampu
membuktikan bahwa dunia saat ini memang tanpa batas (borderless).
APRESIASI
KONSEP GLOBALISASI
Dalam
bahasan selanjutnya, pengertian globalisasi akan ditinjau dari perspektif
geografi. Hal ini sekedar untuk menghindari debat panjang yang barangkali tidak
akan dapat diselesaikan pada tulisan singkat ini. Batasan tersebut sekaligus
untuk dapat menghasilkan hasil studi yang lebih komperhensif tentang informasi
dampak globalisasi yang sedang melanda Negara kepulauan tropika, Indonesia.
Istilah
globalisasi dalam konsep kultural mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh
Marshall McLuhan melalui istilah “global village” (Haggett, 2001 p.589). Hasil
observasinya menunjukkan bahwa perkembangan teknologi komunikasi berdampak pada
kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan. Teknologi komunikasi mampu
mempersingkat waktu dan memperpendek jarak interaksi penduduk dalam melakukan
aktiftitas ekonomi, sosial budaya, politik pada tataran global. Sekedar contoh,
masyarakat di pedesaan saat ini sudah terbiasa dengan minuman coca cola yang pada
awalnya hanya dinikmati oleh masyarakat kota besar.
Ciri
globalisasi dalam perspektif geografi dapat digolongkan atas dua bentuk yaitu,
pertama, fenomena semakin luasnya wilayah pengaruh suatu peristiwa, aktifitas
atau keputusan, dan ke dua, fenomena semakin intensifnya proses yang
berlangsung dalam suatu wilayah pengaruh. Interaksi manusia dan lingkungan
dapat terjadi dalam empat tingkatan yaitu, pertama, pada tingkatan lokal hanya
terjadi interaksi manusia dan lingkungannya, ke dua, pada tingkatan regional
terjadi pertukaran antar regional (interregional relationship), ke tiga, pada
tingkatan globalisasi terjadi pertukaran global, dan ke empat, pada tingkatan
global terjadi hubungan manusia dan lingkungan secara global.
Ada
perdebatan yang menarik dalam konteks globalisasi yaitu munculnya istilah
internasionalisasi. Fenomena perkembangan kehidupan ekonomi yang didasarkan
pada prinsip ekspansi modal (kapitalisasi) menurut teori imperalisme Lenin,
membentuk jaringan multi nasional seperti yang terjadi saat ini. Meluasnya
jaringan multinasional tersebut berkembang menerobos batas antar Negara lebih
menunjukkan pola perkembangan aktifitas ekonomi (internasionalisasi) dan bukan
ciri globalisasi dalam perspektif geografi.
Dalam
kenyataannya, perubahan global tersebut tidak menghasilkan bentuk yang seragam
di berbagai Negara. Masing masing Negara, region atau daerah lokal tertentu
memiliki cara tersendiri dalam menghadapi perubahan global sesuai karakteristik
wilayahnya. Perbedaan kondisi sosio-kultural penduduk lokal akan menghasilkan
wilayah dampak globalisasi yang berbeda. Kekuatan lokal tersebut yang kemudian
melahirkan konsep lokalisasi dan regionalisasi sebagai reaksi terhadap konsep
globalisasi.
Globalisasi,
seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan suatu aktiftas, keputusan atau
kejadian di satu tempat di muka bumi yang berdampak nyata pada kehidupan
manusia di bagian bumi lainnya. Globalisasi menghasilkan berbagai gejala
keruangan seperti “hilangnya ruang geografis”, perubahan ruang geoekonomi, berkembangnya
kota berdimensi global, munculnya issue lingkungan global.
FENOMENA
GLOBALISASI
Indonesia,
sebagai Negara kepulauan tropika memiliki karakteristik unik yaitu beriklim
hujan hutan tropis memperoleh sinar matahari sepanjang tahun dan oleh karena
itu memiliki keanekaragaman flora dan fauna (biodiversity), memiliki jumlah
penduduk terbesar keempat di dunia dengan kemajemukan suku bangsa, pola sebaran
penduduk yang tidak merata dan keragaman kondisi fisik wilayah.
Sebagai
bagian dari masyarakat dunia, Indonesia yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau
dengan lima pulau terbesar memiliki daratan seluas 1.91 juta km2 dari luas
wilayah kedaulatan Indonesia sekitar 5.8 juta km2, dua per tiganya terdiri dari
laut. Indonesia memiliki 10 negara tetangga yang berbatasan langsung
(berbatasan darat dengan tiga Negara) yang memiliki peran penting dalam konteks
pengembangan perekonomian Indonesia bersaing dalam percaturan global. Sampai
saat ini Indonesia belum memiliki pelabuhan laut skala internasional seperti
Singapura dalam jalur perdagangan global. Teknologi tansportasi laut saat ini
masih merupakan tulang punggung utama dalam perdagangan global.
Berbeda
dengan transportasi laut, teknologi transportasi udara memiliki peran sentral
dalam pertukaran komoditas dagang lainnya yang tidak terkendala dalam berat
atau volume. Indonesia sudah memiliki bandara internasional yang merupakan
salah satu node dalam jaringan penerbangan internasional sehingga mampu untuk
bersaing dalam tataran global, walaupun masih dalam jumlah yang masih terbatas
seperti bandara Polonia Medan, bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, bandara Hang
Nadiem Batam dan bandara Ngurah Rai Denpasar.
Walaupun
pada awalnya istilah globalisasi dipicu oleh perkembangan teknologi komunikasi,
konvergensi teknologi komunikasi dan teknologi komputer pada tahun 1990-an
menghasilkan suatu sistem yang saat ini kita kenal sebagai sistem jaringan
komputer luas atau internet. Teknologi informasi ini yang sesungguhnya
menyebabkan peningkatan akselerasi proses globalisasi. Proses diseminasi
informasi berbagai fenomena geografis secara “nyaris” real-time dapat diterima
oleh pengguna kapanpun dan di manapun. Perkembangan teknologi informasi menuju
ke arah peningkatan proses pemampatan ruang dan waktu sehingga, di satu sisi
akan tampak luasnya wilayah Indonesia bukanlah faktor penghambat dalam
melakukan diseminasi keputusan atau kebijakan. Demikian pula, dinamika sosial
cultural dapat diketahui dengan cepat oleh para pengambil keputusan di pusat,
tanpa hambatan ruang geografis.
Sebagaimana
telah diutarakan, perkembangan teknologi informasi sebagai pemicu globalisasi
mempengaruhi strategi dalam menjalankan roda perekonomian baik dalam tatan
lokal, nasional, regional maupun global. Merambahnya perusahaan multinasional
yang cenderung merata ke semua Negara di dunia mengikuti strategi pemasaran
yang memiliki pola mendekati pasar. Gejala ini diikuti oleh strategi manajemen
yang berbentuk distributed system atau dikenal dengan desentralisasi. Oleh
karena itu dijumpai sebaran toko retail seperti Alfamart atau Indomart sampai
ke pelosok daerah di Indonesia. Pola sebaran pasar tersebut secara nyata
mempengaruhi pola belanja penduduk.
Di sisi
lain, muncul gejala lokalisasi sebagai respon terhadap proses globalisasi.
Sekedar contoh, merambahnya toko retail tersebut dapat dipandang sebagai cara
untuk menghambat laju perkembangan bisnis retail skala internasional seperti
Carefour atau Giant. Bagaimana hasil akhir persaingan ke dua model tersebut
akan ditentukan oleh berbagai faktor antara lain kebijakan politik Negara,
kemampuan sumberdaya manusia, penguasaan teknologi dan yang utama adalah
kemampuan finansial.
Dampak
globalisasi yang dijumpai dalam konteks lain adalah terjadinya kerusakan
lingkungan alam seperti meluasnya lahan kritis akibat penebangan hutan untuk
industri berskala global, pencemaran air dan udara dari pabrik dan kegiatan
eksplorasi mineral dan gas oleh perusahaan multinasional. Dampak akhirnya
adalah terjadinya perubahan iklim global dan hilangnya keanekaragaman hayati
terutama di daerah tropis seperti Indonesia.
Comments
Post a Comment