SEJARAH PGRI
BERKAS SEKOLAH, 05 Mei 2016, Menulis Artikel tentang sekilas sejarah PGRI yang dilansir dari artikel wikipedia.org bahwa pada awalnya organisasi perjuangan guru-guru
pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang
anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik
sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di
sekolah desa dan sekolah rakyat angka dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib
para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang
pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu, di samping PGHB berkembang
pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan
Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan
Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru
yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs
Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB). Vereneging Van
Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG)
yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan
yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak
dan posisi terhadap pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang
dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang
Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran
dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan
nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi
telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama
ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan
semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata
“Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi
dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi
melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai
penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di
Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang
didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah,
politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif
mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik
Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 - seratus
hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia - Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” bertalu-talu,
di tengah bau mesiu pengeboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta,
mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:
Mempertahankan dan menyempurnakan Republik
Indonesia.
Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran
sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada
khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru
Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI)
SUMBER
https://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Guru_Republik_Indonesia
SUMBER
https://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Guru_Republik_Indonesia
Comments
Post a Comment